Sapikotak.id – Makna lagu Putar Waktu dari Mahalini. Lagu ini mengangkat tema tentang kerinduan akan masa lalu yang lebih sederhana. Ketika dewasa, kita sering menghadapi tekanan dan penilaian dari orang lain. Oleh karena itu, muncul keinginan untuk kembali ke masa kecil yang bebas dari beban tersebut.
Pendahuluan
Mahalini Raharja adalah penyanyi Indonesia yang dikenal dengan vokal khasnya. Lagu “Putar Waktu” menjadi salah satu karya yang menyentuh hati banyak pendengar. Lagu ini dirilis sebagai bagian dari perjalanan musiknya yang terus berkembang. Melalui lagu ini, Mahalini mengekspresikan perasaan lelah menghadapi penilaian orang lain.
Tema utama yang diangkat adalah kerinduan akan masa kecil. Selain itu, lagu ini juga membahas tentang tekanan sosial yang dihadapi saat dewasa. Dengan melodi yang menyentuh, pesan lagu ini tersampaikan dengan sangat emosional. Banyak pendengar merasa terhubung dengan lirik yang jujur dan relatable ini.

Lirik Lagu Putar Waktu – Mahalini
Ha ah ah
Waktu ke waktu kulewati
Melihat diriku tak kecil lagi
Tuan dan putri mulai menghakimi
Berkata usik tak nyaman di hati
Bukankah aku manusia sama seperti mereka
Tetapi mengapa seolah paling sempurna
Seandainya bisa kuputar waktu
Kan ku kembali ke masa kecilku
Tak harus mengerti rasanya pilu
Hadapi kerasnya dunia
Tuan dan putri mulai menghakimi
Berkata-kata usik tak nyaman di hati
Aku manusia sama seperti mereka (seperti mereka)
Tetapi mengapa seolah paling sempurna
Seandainya bisa kuputar waktu
Kan ku kembali ke masa kecilku (kecilku)
Tak harus mengerti rasanya pilu (rasanya pilu)
Hadapi kerasnya dunia
Ha ah
Ha ah ah
Ha ah hah (ha ah uh)
Seandainya bisa kuputar waktu
Kan ku kembali ke masa kecilku
Tak harus mengerti mengerti rasanya pilu
Hadapi kerasnya dunia (kerasnya dunia)
Hadapi kerasnya
Dunia
Makna Lagu Putar Waktu: Pelarian dari Penilaian Sosial
Arti lagu “Putar Waktu” sangat dalam dan menyentuh aspek kehidupan dewasa. Lagu ini berbicara tentang beban mental yang muncul dari penilaian orang lain. Mahalini menyampaikan perasaan lelah menghadapi standar masyarakat yang terkadang tidak adil. Oleh karena itu, muncul keinginan untuk melarikan diri ke masa yang lebih innocent.
Frasa “tuan dan putri” melambangkan orang-orang yang suka menghakimi. Mereka seolah-olah sempurna dan berhak menilai kehidupan orang lain. Namun, pada kenyataannya semua manusia memiliki kekurangan yang sama. Kontras ini menciptakan rasa frustrasi yang kuat dalam diri penyanyi.
Tema utama adalah kerinduan akan masa kecil yang bebas dari beban mental. Saat kecil, kita tidak perlu memikirkan penilaian dan ekspektasi orang lain. Selain itu, masa kecil identik dengan kebahagiaan sederhana tanpa drama sosial. Dengan demikian, “memutar waktu” menjadi metafora untuk keinginan melarikan diri dari realitas.
Lagu ini juga menyoroti tekanan untuk tampil sempurna di mata masyarakat. Banyak orang merasa harus memenuhi standar tertentu agar diterima. Akibatnya, mereka kehilangan kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Pesan ini sangat relevan dengan kondisi media sosial saat ini yang penuh dengan judgment.
Analisis Lirik Secara Mendalam
Bagian pembuka “waktu ke waktu kulewati, melihat diriku tak kecil lagi” menandai perjalanan waktu. Lirik ini menggambarkan proses tumbuh dewasa yang tidak bisa dihindari. Kemudian, muncul kesadaran bahwa kedewasaan membawa konsekuensi tersendiri. Terutama dalam bentuk penilaian dan kritik dari orang-orang di sekitar.
Kata “usik” dalam lirik menggambarkan gangguan yang bersifat mengganggu ketenangan hati. Penilaian orang lain tidak hanya sekadar komentar, tetapi benar-benar meresahkan. Misalnya, kritik tentang penampilan, pilihan hidup, atau cara berkomunikasi. Semua ini menciptakan ketidaknyamanan yang mendalam dalam jiwa.
Pertanyaan retoris “bukankah aku manusia sama seperti mereka” sangat kuat maknanya. Ini adalah bentuk protes terhadap standar ganda yang ada di masyarakat. Mahalini mempertanyakan mengapa orang lain merasa berhak menghakimi dengan sempurna. Padahal, semua orang sama-sama memiliki kelemahan dan ketidaksempurnaan.
Chorus “seandainya bisa kuputar waktu” diulang beberapa kali untuk penekanan. Pengulangan ini menunjukkan betapa kuatnya keinginan untuk kembali ke masa lalu. Selanjutnya, frasa “tak harus mengerti rasanya pilu” menggambarkan kepolosan masa kecil. Anak-anak belum memahami kesedihan dan kekecewaan seperti orang dewasa.
Bagian “hadapi kerasnya dunia” menjadi klimaks emosional dari lagu ini. Dunia orang dewasa memang keras dengan segala tuntutan dan ekspektasinya. Khususnya bagi mereka yang berada di bawah sorotan publik seperti artis. Dengan demikian, lagu ini menjadi refleksi jujur tentang struggle yang dialami banyak orang.
Refleksi Pribadi Tentang Lagu
Mendengarkan “Putar Waktu” membuat banyak orang merasa sangat relate dengan pengalaman pribadi. Siapa yang tidak pernah merasa lelah dengan penilaian orang lain? Apalagi di era media sosial ini, judgment datang dari berbagai arah. Oleh karena itu, lagu ini menjadi semacam terapi emosional bagi pendengarnya.
Vokal Mahalini yang penuh emosi membuat setiap kata terasa lebih mendalam. Cara dia menyampaikan lirik membuat pendengar ikut merasakan kepedihan tersebut. Bahkan, ada momen di mana suaranya sedikit bergetar menahan emosi. Ini menambah keaslian dan kejujuran dari lagu ini.
Lagu ini mengajarkan bahwa wajar untuk merasa lelah dan ingin melarikan diri sesekali. Namun, yang penting adalah bagaimana kita mengelola perasaan tersebut. Bukan berarti kita benar-benar harus melarikan diri dari realitas. Sebaliknya, kita perlu belajar menerima diri sendiri apa adanya tanpa terpengaruh penilaian orang lain.
Banyak pendengar juga merasa nostalgia akan masa kecil mereka setelah mendengar lagu ini. Masa di mana kebahagiaan bisa didapat dari hal-hal sederhana. Misalnya, bermain dengan teman tanpa memikirkan status sosial atau penampilan. Kesederhanaan itu kini terasa sangat berharga dan dirindukan.
Kesimpulan
Makna lagu “Putar Waktu” dari Mahalini adalah tentang kerinduan akan kebebasan emosional. Lagu ini mengkritik penilaian sosial yang sering kali tidak adil dan menyakitkan. Melalui lirik yang jujur, Mahalini berhasil menyuarakan perasaan banyak orang. Terutama mereka yang merasa tertekan oleh ekspektasi dan standar masyarakat.
Keinginan untuk “memutar waktu” bukan hanya soal nostalgia semata. Lebih dari itu, ini adalah bentuk protes terhadap kerasnya dunia orang dewasa. Lagu ini mengingatkan kita untuk lebih bijak dalam menilai orang lain. Karena pada akhirnya, setiap orang memiliki perjuangan dan beban masing-masing.
Dengan melodi yang menyentuh dan lirik yang bermakna, “Putar Waktu” layak diapresiasi. Lagu ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga refleksi mendalam tentang kehidupan. Semoga kita semua bisa lebih menghargai perjalanan hidup masing-masing. Dan tidak terlalu keras menghakimi diri sendiri maupun orang lain.
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga dapat memberikan wawasan baru tentang makna lagu Putar Waktu.
