Last Updated on December 16, 2025 by admin
Sapikotak.id – Makna lagu Jentaka (feat. Faizal Permana) dari For Revenge. Lagu ini mengungkap pergulatan batin seseorang yang menyembunyikan kepedihan di balik senyuman. Komedi menjadi topeng untuk menutupi luka yang sebenarnya. Jenaka adalah cara bertahan di tengah dunia yang melelahkan.
Pendahuluan
For Revenge adalah band yang dikenal dengan karya-karya mendalam dan puitis. Kolaborasi dengan Faizal Permana dalam lagu Jentaka menghadirkan nuansa yang berbeda. Lagu ini bagian dari album yang merefleksikan patah hati dan proses penyembuhan. Musiknya menyentuh dengan lirik yang jujur tentang penderitaan tersembunyi.
Jentaka dalam bahasa Jawa berarti “lelucon” atau “jenaka”. Namun, dalam konteks lagu ini, jenaka justru menjadi ironi. Seseorang memilih tertawa untuk menyembunyikan tangis. Oleh karena itu, lagu ini sangat relatable bagi mereka yang sering berpura-pura bahagia.

Lirik Lagu Jentaka (feat. Faizal Permana) – For Revenge
Sejenak ku mengirikan luka
Yang kusuguhkan ritme jenaka
Dan biarkan dirinya tertawa
Lepas di atas jentaka yang kutelan
Mari bermain, tak peduli kepedihanku
Mari bermain dan menghibur mereka, wo
Dan lelah kusembunyikan
Kala kecewa pada dunia
Dan lelah kusembunyikan
Aku tak mau diketahui
Saat menangis dan terjatuh lagi
Aku terbiasa menyendiri
Menutupi sepi dalam komedi
Wahai jentaka yang berlari
Tidakkah kau jengah menari?
Dan hantarkanku pulang menuju keheningan
Demi jiwa tak bertuan
Dan lelah kusembunyikan
Kala kecewa pada dunia
Dan lelah kusembunyikan
Aku tak mau diketahui
Saat menangis dan terjatuh lagi
Aku terbiasa menyendiri
Menutupi sepi dalam komedi
And the worldly life is not but the amusement
But the home of Hereafter is best for those
Who fear God? Who fear God?
So, are we listening?
Aku tak mau diketahui
Saat menangis dan terjatuh lagi
Aku terbiasa menyendiri
Menutupi sepi dalam komedi
Makna Lagu Jentaka (feat. Faizal Permana): Topeng Komedi di Balik Kepedihan
Makna lagu Jentaka sangat mendalam dan menyentuh hati. Lagu ini berbicara tentang seseorang yang menjadikan humor sebagai pelarian. Kepedihan disembunyikan di balik senyuman dan tawa. Akibatnya, orang lain tidak pernah tahu penderitaan yang sebenarnya.
Kata “jentaka yang kutelan” adalah metafora yang kuat. Jenaka atau lelucon seharusnya membuat orang tertawa lepas. Namun, dalam lagu ini, jenaka justru menjadi beban yang harus ditelan. Oleh karena itu, komedi menjadi cara bertahan yang melelahkan.
Lirik “Mari bermain, tak peduli kepedihanku” menunjukkan pengorbanan diri. Seseorang rela menyimpan luka untuk menghibur orang lain. Misalnya, seperti badut yang harus terus tersenyum meski hatinya menangis. Ini adalah gambaran kehidupan banyak orang di era modern.
Bagian yang paling menyentuh adalah “Aku terbiasa menyendiri, menutupi sepi dalam komedi“. Ini menggambarkan kesepian yang terselubung. Seseorang bisa dikelilingi banyak orang namun tetap merasa sendiri. Komedi menjadi cara untuk tidak terlihat rapuh di mata orang lain.
Arti lagu ini semakin dalam dengan adanya kutipan berbahasa Inggris tentang kehidupan dunia. Kehidupan duniawi hanyalah hiburan semata. Akhirat adalah rumah yang lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Dengan demikian, lagu ini mengingatkan bahwa semua kepedihan dunia bersifat sementara.
Analisis Lirik Secara Mendalam
Bait pembuka “Sejenak ku mengirikan luka” langsung menunjukkan paradoks. Luka seharusnya menyakitkan, tetapi di sini dijadikan bahan hiburan. Kata “mengirikan” menunjukkan proses mengubah penderitaan menjadi sesuatu yang bisa diterima orang lain. Selain itu, “ritme jenaka” menggambarkan bagaimana kepedihan dikemas dalam bentuk yang ringan.
Kalimat “Dan biarkan dirinya tertawa lepas di atas jentaka yang kutelan” sangat puitis. Orang lain bisa tertawa lepas karena tidak tahu beban yang ditanggung. Sementara itu, sang pemilik cerita harus menelan kepahitan di balik cerita lucu itu. Ini adalah pengorbanan yang tidak terlihat oleh banyak orang.
Chorus “Dan lelah kusembunyikan, kala kecewa pada dunia” adalah titik klimaks emosional. Kata “lelah” diulang untuk menekankan betapa melelahkannya berpura-pura. Kekecewaan pada dunia bukan sekadar masalah pribadi tetapi juga kelelahan eksistensial. Oleh karena itu, perasaan ini sangat universal dan mudah dirasakan banyak orang.
Lirik “Aku tak mau diketahui saat menangis dan terjatuh lagi” menunjukkan kerentanan yang disembunyikan. Ada rasa malu atau takut untuk menunjukkan sisi lemah. Akibatnya, seseorang memilih menyendiri daripada meminta bantuan. Ini adalah cerminan masyarakat yang sering menghakimi kelemahan orang lain.
Bait “Wahai jentaka yang berlari, tidakkah kau jengah menari?” adalah dialog dengan diri sendiri. Jentaka dipersonifikasikan sebagai sesuatu yang berlari dan menari tanpa henti. Pertanyaan ini menunjukkan kerinduan untuk berhenti berpura-pura. Khususnya, “hantarkanku pulang menuju keheningan” adalah permohonan untuk menemukan kedamaian.
Frasa “demi jiwa tak bertuan” sangat kuat secara filosofis. Jiwa yang tidak memiliki tuan adalah jiwa yang kehilangan arah. Ini menggambarkan krisis identitas di tengah penderitaan. Dengan demikian, lagu ini tidak hanya tentang kesedihan tetapi juga tentang pencarian makna.
Bagian berbahasa Inggris tentang kehidupan duniawi memberikan dimensi spiritual. Kehidupan hanya hiburan sementara yang tidak kekal. Pertanyaan “Are we listening?” adalah ajakan refleksi mendalam. Apakah kita mendengarkan peringatan tentang sementaranya dunia? Ini menambah kedalaman makna lagu secara keseluruhan.
Refleksi Pribadi Tentang Lagu
Lagu Jentaka mengingatkan bahwa banyak orang menyimpan luka yang tidak terlihat. Kita sering melihat seseorang tertawa tanpa tahu apa yang mereka rasakan. Misalnya, teman yang selalu ceria mungkin sedang berjuang dengan masalah berat. Oleh karena itu, lagu ini mengajarkan empati yang lebih dalam.
Pengalaman mendengarkan lagu ini sangat menyentuh secara personal. Ada momen ketika kita semua pernah berpura-pura baik-baik saja. Kita tersenyum padahal hati sedang hancur. Namun, lagu ini memberi validasi bahwa perasaan itu normal dan tidak perlu disembunyikan terus-menerus.
Yang menarik adalah bagaimana lagu ini menggabungkan elemen lokal dan universal. Kata “jentaka” berasal dari bahasa Jawa yang kaya makna. Tetapi, tema tentang menyembunyikan kepedihan adalah tema yang dipahami semua orang. Dengan demikian, lagu ini berhasil menyentuh hati pendengar dari berbagai latar belakang.
Vokal Faizal Permana menambah kedalaman emosi lagu ini. Cara dia menyampaikan lirik terasa sangat tulus dan penuh perasaan. Musik For Revenge yang melankolis sempurna melengkapi lirik yang berat. Akibatnya, lagu ini menjadi pengalaman mendengarkan yang sangat berkesan.
Lagu ini juga mengingatkan pentingnya kesehatan mental. Menutupi sepi dalam komedi bisa jadi mekanisme bertahan yang tidak sehat. Terutama jika dilakukan terus-menerus tanpa ruang untuk jujur pada diri sendiri. Oleh karena itu, lagu ini bisa menjadi pengingat untuk lebih terbuka tentang perasaan kita.
Kesimpulan
Makna lagu Jentaka (feat. Faizal Permana) dari For Revenge sangat dalam dan relatable. Lagu ini mengungkap realitas banyak orang yang menyembunyikan luka di balik senyuman. Jenaka menjadi topeng yang melelahkan namun terpaksa dipakai. Oleh karena itu, lagu ini penting sebagai pengingat tentang empati dan kejujuran emosional.
Lirik lagu ini berhasil menggambarkan pergulatan batin dengan sangat puitis. Setiap baris membawa makna yang kuat dan menyentuh. Arti lagu ini mengajak kita untuk lebih peduli pada orang-orang di sekitar. Khususnya mereka yang selalu terlihat baik-baik saja padahal mungkin sedang terluka.
Akhirnya, lagu ini mengajarkan bahwa tidak apa-apa untuk tidak selalu kuat. Kita boleh lelah, boleh menangis, dan boleh meminta bantuan. Kesempurnaan adalah ilusi yang justru menyakiti diri sendiri. Dengan demikian, Jentaka adalah pengingat untuk lebih jujur pada diri sendiri dan orang lain.
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga dapat memberikan wawasan baru tentang makna lagu Jentaka (feat. Faizal Permana).

