Last Updated on December 16, 2025 by admin
Sapikotak.id – Makna lagu (kamis) dari Hindia. Lagu ini menyampaikan kesaksian nyata tentang tragedi kemanusiaan di masa reformasi Indonesia. Melalui narasi ibu yang kehilangan anaknya, lagu ini mengajak kita merefleksikan pentingnya keadilan dan supremasi hukum.
Pendahuluan
Hindia menghadirkan karya yang berbeda dari biasanya. Lagu (kamis) bukan sekadar musik, tetapi dokumentasi suara. Oleh karena itu, pendengar akan mendengar kesaksian langsung dari seorang ibu bernama Ibu Sukini. Beliau adalah ibu dari Bernardus Realino Norma Irawan, atau yang akrab dipanggil Wawan. Wawan adalah mahasiswa Atma Jaya yang gugur saat tragedi Semanggi I pada 13 November 1998.
Lagu ini merupakan bagian dari album Doves 25 on Blank Canvas. Album tersebut dirilis untuk mengenang 25 tahun tragedi kemanusiaan di Indonesia. Hindia berkolaborasi dengan berbagai musisi untuk menghadirkan narasi yang berbeda. Namun, (kamis) memiliki keunikan tersendiri. Lagu ini menggunakan rekaman audio asli dari kesaksian Ibu Sukini. Dengan demikian, pendengar merasakan keaslian emosi dan kejujuran cerita.

Tragedi Semanggi I terjadi di tengah gejolak politik Indonesia. Pada masa itu, mahasiswa berdemonstrasi menuntut reformasi. Sayangnya, demonstrasi damai berujung pada kekerasan. Wawan adalah salah satu korban yang gugur saat menolong korban lain. Kisah ini menjadi pengingat bahwa ada nama dan keluarga di balik setiap korban pelanggaran HAM.
Terjemahan Lirik Lagu (kamis) – Hindia
Dan tidak akan ada orang yang rela anak yang dicintai
Ditembak, atau dibunuh
Wawan itu anak yang menyenangkan
Hobinya membaca, dia di kamar mandi pun
Selalu baca koran atau bawa komik atau buku
Kalau hari Sabtu, hari Minggu, kami masak bersama-sama
Pada saat makan bersama itu jam berapa pun makan malam bersama
Kami bercerita tentang keseharian
Dari pembicaraan yang sederhana, kami membicarakan masalah politik
Karena pada tahun ’97, ’98 masalah politik di Indonesia
Semakin memanas
Setelah pembicaraan sampai kepada masalah politik
Selalu ditutup dengan “besok dimasakin apa?”
Karena
Pada tahun ’98 itu demonstrasi dari hari ke hari semakin membesar
Tahun ’98
Terjadi tragedi kemanusiaan yang sudah diselidiki oleh Komnas HAM
Yaitu dalam berkas tragedi penembakan mahasiswa
Peristiwa Semanggi 1, Semanggi 2, Trisakti
Kemudian berkas kerusuhan 13, 15 Mei ’98
Dan berkas penghilangan paksa atau penculikan aktivis pro demokrasi
Wawan
Mahasiswa Atma Jaya
Juga aktif di masyarakat
Dengan ikut anggota Tim Relawan Untuk Kemanusiaan
Mengadvokasi korban 13, 15 Mei ’98
Sebagai anggota tim relawan kemanusiaan
Setiap Wawan datang ke rumah sakit yang diminta adalah obat-obatan
Untuk teman-temannya yang berdemonstrasi
Dan menurut kesaksian
Pada tanggal 13 November hari Jumat itu, jam 10.00 pagi
Bersama enam orang temannya, Wawan menetralisir
Gas air mata
Di depan kampus Atma Jaya dengan menyemprotkan air hydrant
Sekitar jam 3 sore
Aparat masuk ke Atma Jaya ada korban yang jatuh
Wawan kasih tahu, “Pak itu ada korban, boleh ditolong atau tidak?”
Tentara itu mengatakan “Boleh silahkan”
Kemudian Wawan mengeluarkan bendera putih, dilambai-lambaikan
Tetapi pada saat Wawan akan mengangkat korban
Justru Wawan ditembak
Banyak orang mengatakan
Dari pagi Wawan menggunakan ID card Tim Relawan untuk Kemanusiaan
Dan Wawan diautopsi oleh Dr. Budi Sampurno
Wawan meninggal dunia karena ditembak dengan peluru tajam
Standar militer di dada sebelah kiri
Mengenai jantung dan parunya
Dan menurut kesaksian juga
Bahwa Wawan ditembak oleh aparat
Di halaman kampusnya, ketika sedang menolong seorang korban
Yang juga ditembak oleh aparat
Setelah Wawan meninggal dunia
Hari Jumat 13 November ’98 Wawan ditembak
Hari Sabtu Wawan dimakamkan, pulang dari makam ada wartawan
Bertiga begitu, di rumah sunyi
Kemudian saya bilang, “Saya akan berhenti bekerja
Saya tidak sanggup untuk bertemu dengan orang”
Saya sangat mencintai Wawan
Kami sekeluarga mencintai Wawan
Tapi duka cita saya
Bertransformasi pada cinta terhadap sesama
Dengan memperjuangkan
Agar kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi di Indonesia
Ini dipertanggungjawabkan
Sesuai dengan undang-undang yang berlaku
Yaitu undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM
Untuk mewujudkan agenda reformasi yang ketiga
Yang diperjuangkan oleh Wawan dan kawan-kawannya
Yaitu tegakkan supremasi hukum
Bagi saya warna hitam bukan lambang duka cita
Tetapi lambang keteguhan
Jangan yang ada hanya korban
Tetapi pelakunya tidak ada
Makna Lagu (kamis): Kesaksian Ibu yang Berubah Menjadi Perjuangan
Makna lagu (kamis) terletak pada bagaimana duka diubah menjadi perjuangan. Ibu Sukini tidak larut dalam kesedihan, tapi bangkit memperjuangkan keadilan. Lagu ini bukan hanya cerita sedih, tapi seruan agar hukum ditegakkan.
Liriknya menyentuh sisi kemanusiaan. Wawan digambarkan sebagai anak yang cerdas dan hangat—suka membaca, bahkan di kamar mandi. Keluarganya punya tradisi memasak bersama sambil ngobrol soal politik, lalu menutupnya dengan hal sederhana seperti menu makanan.
Namun, kebahagiaan itu runtuh di tahun 1998, saat Wawan menjadi relawan kemanusiaan di tengah kerusuhan. Ia membantu korban dengan membawa obat-obatan, menunjukkan empati yang besar. Tapi justru karena kepeduliannya, ia kehilangan nyawa.
Bagian paling mengiris adalah saat Wawan ditembak, padahal ia sudah melambaikan bendera putih dan meminta izin untuk menolong korban. Tindakannya damai, tapi tetap jadi sasaran peluru. Ini menunjukkan tragedi kemanusiaan yang memilukan.
Setelah kepergian Wawan, Ibu Sukini melanjutkan perjuangannya. Ia menuntut pertanggungjawaban hukum atas pelanggaran HAM. Perjuangan Wawan tidak berakhir di makam, tapi diteruskan oleh ibunya.
Pernyataan Ibu Sukini soal warna hitam sangat kuat. Hitam bukan simbol duka, tapi simbol keteguhan. Ia memilih bangkit, bukan tenggelam dalam kehilangan. Lagu ini ditutup dengan pesan tajam:
jangan hanya ada korban tanpa pelaku.
Analisis Lirik Secara Mendalam
Lirik lagu (kamis) dibuka dengan kalimat menyentuh: tidak ada orangtua yang rela anaknya ditembak. Ini mengingatkan kita bahwa tiap korban adalah seseorang yang dicintai, bukan sekadar angka.
Lalu, lagu menggambarkan Wawan sebagai sosok yang suka membaca, bahkan di kamar mandi. Kebiasaan ini menunjukkan ia cerdas, reflektif, dan cinta belajar.
Tradisi memasak bersama di akhir pekan menggambarkan kehangatan keluarga. Mereka bisa membahas hal serius seperti politik, tapi tetap menutupnya dengan obrolan ringan soal menu makanan. Ini menunjukkan keseimbangan antara kepedulian dan kebersamaan.
Lirik lalu membawa kita ke konteks sejarah tahun 1998, masa penuh demonstrasi dan tragedi HAM: Semanggi, Trisakti, dan kerusuhan Mei. Ini memberi gambaran bahwa Wawan adalah salah satu dari banyak korban masa itu.
Wawan adalah mahasiswa Atma Jaya dan aktif sebagai relawan. Ia mengadvokasi korban kerusuhan, membawa obat-obatan, dan turun langsung ke lapangan. Ini menunjukkan keberanian dan kepeduliannya.
Peristiwa penembakan Wawan dijelaskan secara detail. Pada 13 November 1998, saat ia ingin menolong korban sambil membawa bendera putih, ia justru ditembak, meskipun mengenakan ID relawan.
Autopsi menunjukkan ia ditembak dengan peluru tajam militer yang menembus jantung dan paru-parunya. Ini memperkuat bahwa penembakan itu sangat serius dan tragis.
Setelah kematiannya, Ibu Sukini sangat terpukul. Tapi beliau tidak berhenti berduka—beliau berjuang agar pelanggaran HAM diproses hukum, seperti yang diperjuangkan anaknya.
Pesan terakhir lagu ini sangat kuat: warna hitam bukan lambang duka, tapi keteguhan. Ibu Sukini menolak hanya jadi korban; ia menuntut keadilan. Kalimat “jangan hanya ada korban tanpa pelaku” jadi penutup yang tegas dan penuh makna..
Refleksi Pribadi Tentang Lagu
Mendengarkan lagu (kamis) adalah pengalaman yang berbeda. Tidak ada melodi indah atau vokal merdu, hanya suara jujur Ibu Sukini yang bercerita tentang anaknya, Wawan. Justru kejujuran inilah yang membuat lagu ini begitu kuat—bukan interpretasi, tapi kesaksian langsung dari seorang ibu yang berduka.
Lagu ini mengingatkan bahwa sejarah bukan sekadar data atau buku pelajaran. Di balik tragedi 1998, ada manusia nyata—seperti Wawan, yang suka membaca, memasak, dan peduli pada sesama. Cerita-cerita kecil ini membuat kita sadar: korban adalah orang biasa, sama seperti kita.
Bagian paling menyentuh adalah bagaimana Ibu Sukini mengubah duka jadi perjuangan. Ia bisa saja larut dalam kesedihan, tapi ia memilih bangkit dan memperjuangkan keadilan—bukan hanya untuk Wawan, tapi untuk semua korban.
Lagu ini juga menekankan pentingnya tanggung jawab bersama. Kita harus mengingat nama-nama seperti Wawan, agar sejarah kelam tak terulang. Reformasi hari ini tidak datang begitu saja—ia dibayar dengan nyawa.
Pesan tentang warna hitam sebagai lambang keteguhan juga sangat kuat. Bagi Ibu Sukini, hitam bukan tanda berduka, tapi simbol kekuatan. Ini mengajarkan bahwa duka bisa menjadi kekuatan untuk terus berjuang.
Hindia patut diapresiasi karena berani mengangkat tema ini. Di tengah musik yang sering mengejar tren, ia memilih mendokumentasikan sejarah. Proyek Doves 25 on Blank Canvas adalah bentuk penghormatan pada korban dan keluarga.
Lagu (kamis) bukan sekadar untuk didengar—tapi untuk direnungkan, dan dijadikan pengingat.
Kesimpulan
Makna lagu (kamis) dari Hindia adalah tentang transformasi duka menjadi perjuangan keadilan. Lagu ini menghadirkan kesaksian Ibu Sukini tentang putranya, Wawan, yang gugur saat menolong korban dalam tragedi Semanggi I. Melalui narasi yang jujur, kita diingatkan bahwa di balik setiap tragedi ada nama, keluarga, dan cerita yang harus diingat.
Lirik lagu ini memberikan detail yang membuat Wawan terasa nyata. Dia adalah pemuda yang suka membaca, peduli sesama, dan aktif memperjuangkan keadilan. Wawan ditembak saat melambaikan bendera putih untuk menolong korban. Ironi ini menggambarkan tragedi kemanusiaan yang tidak boleh dilupakan. Namun, Ibu Sukini tidak berhenti pada kesedihan. Beliau mengubah duka menjadi misi memperjuangkan supremasi hukum.
Arti lagu (kamis) sangat mendalam karena menyampaikan pesan tentang keteguhan dan tanggung jawab. Warna hitam bukan lambang duka, tetapi lambang keteguhan. Pesan terakhir sangat tegas: jangan hanya ada korban tanpa pelaku yang bertanggung jawab. Lagu ini mengajak kita untuk tidak melupakan sejarah dan terus memperjuangkan keadilan bagi korban pelanggaran HAM.
Hindia telah menciptakan karya yang penting dan bermakna. Lagu ini bukan sekadar musik, tetapi dokumentasi sejarah yang perlu kita dengarkan. Dengan demikian, kita menghormati perjuangan Wawan dan keluarga korban lainnya. Semoga lagu ini menginspirasi kita untuk terus memperjuangkan keadilan dan tidak melupakan mereka yang telah gugur demi reformasi.
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga dapat memberikan wawasan baru tentang makna lagu (kamis).

