Last Updated on December 20, 2025 by admin
Sapikotak.id – Makna lagu Sajadah Panjang dari Bimbo. Lagu ini menggambarkan perjalanan spiritual manusia dari lahir hingga mati. Sajadah menjadi simbol kesalehan yang terus menerus dipanjatkan kepada Sang Pencipta.
Pendahuluan
Bimbo merupakan grup musik legendaris Indonesia yang dikenal dengan lagu-lagu religi. Lagu Sajadah Panjang adalah salah satu karya ikonik mereka. Lagu ini mengajak pendengar merenungkan makna ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
Melodi yang sederhana namun khusyuk membuat lagu ini mudah diterima semua kalangan. Oleh karena itu, Sajadah Panjang kerap diputar di bulan Ramadan atau acara keagamaan. Liriknya yang sarat makna mengajak kita untuk terus mengingat Tuhan di tengah kesibukan dunia.

Lirik Lagu Sajadah Panjang – Bimbo
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Diatas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara adzan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan lepas kering hamba
Mengingat dikau sepenuhnya
Mencari rezeki mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara adzan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud tak lepas kening hamba
Mengingat dikau sepenuhnya
Mengingat dikau sepenuhnya
Makna Lagu Sajadah Panjang – Perjalanan Spiritual Seumur Hidup
Sajadah dalam lagu ini bukan sekadar alas shalat biasa. Namun, ia melambangkan jalan spiritual manusia dari lahir sampai kematian. Setiap muslim memiliki sajadah panjang yang terbentang sepanjang hidupnya.
Frasa “dari kaki buaian sampai ke tepi kuburan” sangat kuat maknanya. Oleh karena itu, kita diingatkan bahwa ibadah bukan hanya ritual sesaat. Ibadah adalah komitmen seumur hidup yang tidak pernah berhenti.
Lagu ini juga menyentuh realitas kehidupan modern yang penuh kesibukan. Misalnya, aktivitas mencari rezeki dan menuntut ilmu sering membuat kita lupa beribadah. Namun, suara adzan menjadi pengingat untuk kembali kepada Tuhan.
Yang menarik adalah konsep “interupsi” dalam lirik ini. Kesibukan duniawi dilihat sebagai interupsi dalam perjalanan spiritual kita. Dengan demikian, prioritas utama tetaplah hubungan vertikal dengan Sang Pencipta.
Analisis Lirik Secara Mendalam
Bait pembuka langsung menyajikan metafora sajadah panjang yang membentang. Gambaran ini sangat visual dan mudah dibayangkan. Sajadah dimulai dari “kaki buaian” yang melambangkan masa bayi.
Kemudian berakhir di “tepi kuburan” sebagai simbol kematian. Selain itu, penggunaan kata “hamba” menunjukkan sikap rendah hati di hadapan Tuhan. Kata ini diulang berkali-kali untuk menekankan posisi manusia sebagai makhluk yang bergantung sepenuhnya kepada Allah.
Frasa “tunduk dan sujud” menggambarkan gerakan shalat yang khusyuk. Sujud adalah posisi paling rendah dalam ibadah. Karena itu, sujud melambangkan puncak kerendahan hati dan penyerahan diri.
Bagian “diselingi sekedar interupsi” menunjukkan pandangan bahwa aktivitas duniawi hanyalah jeda sementara. Interupsi ini merujuk pada momen ketika kita sibuk dengan urusan dunia. Namun demikian, ibadah tetap menjadi fondasi kehidupan.
Bait “mencari rezeki mencari ilmu” menggambarkan kesibukan manusia modern. Mengukur jalanan seharian menunjukkan betapa sibuknya rutinitas kita. Tetapi begitu adzan berkumandang, kita harus kembali tersungkur dalam sujud.
Frasa “tak lepas kening hamba” sangat puitis dan bermakna dalam. Kening yang tidak lepas dari sajadah menunjukkan konsistensi dalam beribadah. Khususnya, ini melambangkan keistiqomahan dalam menjalani perintah agama.
Pengulangan “mengingat dikau sepenuhnya” di akhir lagu memberikan penekanan kuat. Tujuan hidup sejati adalah mengingat dan beribadah kepada Allah. Dengan demikian, semua aktivitas duniawi harus diniatkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Refleksi Pribadi Tentang Lagu
Lagu Sajadah Panjang selalu mengingatkan tentang esensi kehidupan yang sesungguhnya. Di tengah hiruk pikuk dunia modern, kita mudah terlena dengan kesibukan. Namun, lagu ini membawa kita kembali pada prioritas utama.
Setiap kali mendengar lagu ini, ada perasaan tenang yang muncul. Melodi yang sederhana namun khusyuk membuat hati terasa damai. Oleh karena itu, lagu ini cocok didengarkan saat ingin menenangkan jiwa.
Konsep sajadah panjang sangat relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, ketika sedang deadline pekerjaan, sering tergoda untuk menunda shalat. Lagu ini mengingatkan bahwa shalat bukan sekadar kewajiban, melainkan kebutuhan spiritual.
Yang paling menyentuh adalah bagian tentang interupsi duniawi. Kita seringkali menganggap ibadah sebagai interupsi dari pekerjaan. Padahal, seharusnya pekerjaan yang menjadi interupsi dari ibadah kita. Kesadaran ini mengubah cara pandang terhadap waktu dan prioritas.
Lagu ini juga mengajarkan tentang konsistensi dalam beribadah. Terutama di masa muda, mudah sekali tergoda untuk menunda ibadah. Namun, sajadah panjang mengingatkan bahwa ibadah harus dilakukan sejak dini hingga akhir hayat.
Kesimpulan
Sajadah Panjang adalah karya agung Bimbo yang sarat makna spiritual. Lagu ini mengajarkan tentang konsistensi beribadah sepanjang hidup. Dari buaian hingga liang lahat, sajadah kita harus terus terbentang.
Pesan utama lagu ini adalah pentingnya menjaga prioritas spiritual di tengah kesibukan duniawi. Selain itu, lagu ini mengingatkan bahwa segala aktivitas dunia hanyalah interupsi sementara. Tujuan sejati adalah mengingat dan beribadah kepada Allah sepenuhnya.
Melalui lirik yang sederhana namun mendalam, Bimbo berhasil menyampaikan pesan universal tentang makna ibadah. Akhirnya, lagu ini tetap relevan dan menyentuh hati pendengarnya di setiap generasi.
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga dapat memberikan wawasan baru tentang makna lagu Sajadah Panjang.


